Selasa, 31 Januari 2017

Makna Dalam Relief Candi Borobudur

      Asalamualaikum wr.wb mimin kali ini mau menyampaikan pengalam menjelajah candi Borobudur yang begitu indah. Selain indah dalam candi Borobudur juga ada yang disebut relief yang mengandung banyak arti. Dalam kesempatan kali ini mimin ingin menjelaskan beberapa makna yang mungkin terkandung dalam relief candi Borobur. 

            Kata "candi" mengacu pada berbagai macam bentuk dan fungsi bangunan, antara lain tempat beribadah, pusat pengajaran agama, tempat menyimpan abu jenazah para raja, tempat pemujaan atau tempat bersemayam dewa, petirtaan (pemandian) dan gapura. Walaupun fungsinya bermacam-macam, secara umum fungsi candi tidak dapat dilepaskan dari kegiatan keagamaan, khususnya agama Hindu dan Buddha, pada masa yang lalu. Oleh karena itu, sejarah pembangunan candi sangat erat kaitannya dengan sejarah kerajaan-kerajaan dan perkembangan agama Hindu dan Buddha di Indonesia, sejak abad ke-5 sampai dengan abad ke-14.
            Karena sejarah Hindu dan Buddha berasal dari negara India, maka bangunan candi banyak mendapat pengaruh India dalam berbagai aspeknya, seperti: teknik bangunan, gaya arsitektur, hiasan, dan sebagainya. Walaupun demikian, pengaruh kebudayaan dan kondisi alam setempat sangat kuat, sehingga arsitektur candi Indonesia mempunyai karakter tersendiri, baik dalam penggunaan bahan, teknik kontruksi maupun corak dekorasinya. Dinding candi biasanya diberi hiasan berupa relief yang mengandung ajaran atau cerita tertentu.
            Prof. Hj Krom dan Dr. WF Stutterheim mengartikan candi dari asal katanya Candika Ghra. Candika berarti Dewi Maut (di Indonesia dikenal Bethari Durga = Durga Sura Mahesa Mardhani) Dan Grha = Graha = Griya/Griyo yang artinya rumah. Jadi pengertian Candi menurut mereka adalah rumah untuk Bethari Durga = Rumah Dewi Maut. Wikipedia mendefinisikan Candi sebagai bangunan tempat ibadah dari peninggalan masa lampau yang berasal dari agama Hindu-Budha.
            Pada masa klasik candi dipahami sebagai tempat suci untuk bakti kepada para Dewa. Namun dalam perkembangannya istilah ‘candi’ tidak hanya digunakan oleh masyarakat untuk menyebut tempat ibadah dengan bentuk bangunan layaknya bangunan peribadatan saja. Hampir semua situs-situs purbakala dari masa HinduBudha atau klasik Indonesia, baik sebagai istana, pemandian/penirtaan, gapura, dan sebagainya disebut dengan istilah candi.


Hampir semua ahli sejarah serpendapat bahwa konsep  arsitek candi berasal dari pengaruh Hindu dari india yang menyebar pengaruhnya hingga ke Nusantara sekitar abad ke 5 hingga abad ke 14. Pengertian pengaruh Hindu ini adalah untuk menyebut semua bentuk pengaruh yang berasal dari India yang masuk ke Nusantara pada periode yang telah disebutkan sebelumnya. Pengaruh-pengaruh itu diantaranya agama/kepercayaan Hindu dan Budha dengan tata cara ritualnya.

2.2 Borobudur dan Sejarahnya


         Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar di dunia, sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar di dunia.


         Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha. Borobudur memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia. Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).
           
         Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha. Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.400 panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan.


Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam. Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia.
Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah objek wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan.

2.3 Relief
            Relief adalah seni pahat dan ukiran 3-dimensi yang biasanya dibuat di atas batu. Bentuk ukiran ini biasanya dijumpai pada bangunan candi, kuil, monumen dan tempat bersejarah kuno. Di Indonesia, relief pada dinding candi Borobudur merupakan salah satu contoh yang digunakan untuk menggambarkan kehidupan sang Buddha dan ajaran-ajarannya. Di Eropa, ukiran pada kuil kuno Parthenon juga masih bisa dilihat sampai sekarang sebagai peninggalan sejarah Yunani Kuno.

Relief ini bisa merupakan ukiran yang berdiri sendiri, maupun sebagai bagian dari panel relief yang lain, membentuk suatu seri cerita atau ajaran. Pada Candi Borobudur sendiri misalkan ada lebih dari 1400 panel relief ini yang dipakai untuk menceritakan semua ajaran sang Buddha Gautama.


Jenis-jenis relief
Relief tinggi
Relief tinggi atau (bahasa Perancis: Haut-relief, bahasa Italia: Alto-rilievo, bahasa Inggris: High-relief) adalah jenis relief dengan ukiran yang lebih menonjol keluar dengan penampil kedalaman dimensi lebih dari 50 persen. Relief ini hampir menampilkan seni patung yang utuh yang menempel pada dasar permukaan dinding. Contoh relief tinggi adalah kebanyakan arca periode Hindu Buddha Jawa yang bersandar pada stela sandaran arca, atau relief-relief dewata Lokapala pada candi Prambanan. Contoh lainnya adalah relief-relief Yunani dan Romawi kuno yang lebih condong ke Relief rendah.
Relief rendah
 (Bahasa Perancis: Bas-relief, bahasa Italia: Baso-rilievo, bahasa Inggris: Low-relief) adalah jenis relief dengan ukiran yang sedikit menonjol dari dasar permukaan dinding. Tonjolan atau kedalaman ukirannya bervariasi dan biasanya hanya beberapa sentimeter atau kurang dari 50 persen kedalaman dimensi ukiran. Contoh dari relief rendah atau bas-relief adalah relief-relief pada candi periode klasik Jawa kuno, misalnya relief candi Borobudur.
Relief dangkal
Relief dangkal atau (bahasa Inggris: shallow-relief atau bahasa Italia: rilievo schiacciato) adalah jenis relief yang lebih dangkal dari relief rendah. Ukiran relief hanya berbeda tipis dengan Relief tenggelam.
 Relief tenggelam
 (Bahasa Inggris: sunken-relief) adalah jenis relief di mana latar permukaan dinding dibiarkan utuh dan rata, sementara ukiran figur digambarkan tenggelam dicukil dalam permukaan dinding. Jenis relief seperti ini lazim dalam kesenian Mesir kuno.rupa guratan-guratan tipis untuk menghilangkan material latar.




2.4 Kisah Dalam Relief Borobudur
            Seperti yang sudah dipaparkan dalam penjelasan sebelumnya, bahwa dalam setiap candi dan tempat peribadatan agama hindu-budha pasti ada relief-relief yang memiliki kisah tersendiri. Dalam candi borobudur terdapat relief yang menceritakan kehidupan masyarakat jawa. Dalam reliref itu diceritakan bagaimana masyarakat Jawa menjalani kehidupan nya.
           

Contoh relief tradisi ruatan
Sumber : dokumen penulis
Contohnya adalah relief ruwatan yang menggambarkan proses pengusiran roh jahat ataupun penghapusan kutukan. Ruwatan merupakan tradisi Jawa yang sampai saat ini masih hidup. Ruwatan dalam tradisi Jawa saat ini adalah upaya menghilangkan sukerta atau kesialan.




Contoh relief permbuatan senjata
Sumber : Dokumen penulis
Contoh lain yaitu cerita kepahlawana, cerita kepahlawanan sangat erat kaitannya dengan kehebatan-kehebatan penguasa atau raja dalam peperangan. Adapun cerita tentang kehidupan masyarakat jawa yang sangat damai, mulai dari bercocok tanam, kegiatan dalam istana raja sampai dengan pembuatan senjata untuk perang. Dalam Candi Borobudur kisah-kisah diukir sempurna dan tertata dengan sangat baik.
            Dalam tingkatan-tingkatan bagunan Borobudur menceritakan kisah-kisah mulai dari rakyat jelata sampai kisah para raja-raja. Relief yang dilihat sangat hidup dan dapat dibilang sangat jelas dalam penempatan dan pembuatan relief sehingga relief dapat dengan mudah di pahami oleh yang melihatnya.                 

Contoh relief meditasi
Sumber : dokumen penulis
            Adapula relief cerita perjalanan rohani dan meditasi dapat dijumpai di Candi Borobudur. Ada empat buah cerita yang dipahatkan di candi borobudur, yaitu Awadana, Lalitawistara, Gandawyuha, dan karmawinbangga. Relief tersebut dipahatkan merata pada candi bagian Kamadhatu (dasar) dan  Rupadatu (tengah) sementara, pada bagian Arupadhatu (puncak), tidak ada reliaf sama sekali.   
           Relief-reliaf tersebut adalah  warisan  dari  nenek oyang kita. Kita harus menjaga segala sasuatu yang diwariskan oleh mereka.Kita harus menjaga agar situs-situs tersebut tetap terawat.  Jangan  sampai  warisan negeri kita diakui oleh negara lain jadi kita harus mempertahankan nya.  

2 komentar:

  1. Kenapa pemuka² agama budha sendiri tidak dapat menjelaskan makna yg detail arti Dari relief² dicandi borobudur tsb.. Sedangkan KH Fahmi Basyah dapat menjelaskan makna relief tsb dgn detail, jdi jgn marah kalau ada yg mengklaim bahwa borobudur itu sebenarnya peninggalan nabi sulaiman as

    BalasHapus